Pulau Rote boleh dibilang tidak terlalu besar untuk dikuasai
oleh sebuah kerajaan. Luas pulau ini hanya seperlima Bali atau lebih dari
sepertujuh puluh pulau Jawa. Wilayah yang tidak terlalu besar untuk sebuah
kerajaan bukan? Namun tidak, di Rote tidak hanya satu tapi ada sembilan belas
raja!
Salah satu raja yang “tidak sengaja” kami kunjungi ialah
raja Landu. Ah maaf, bukan rajanya yang kami kunjungi karena beliau telah
mangkat. Yang berhasil kami kunjungi ialah rumah raja Landu dan keturunan raja
yang menghuni rumah tersebut. Tapi dia bukan raja karena sistem raja-raja “telah
selesai” di Landuleko.
Raja, dalam bahasa Rote disebut Nusak. Raja sendiri
merupakan “gelar” pemberian Belanda kepada Nusak-nusak di Rote. Sejarah panjang
dan rumit antara Nusak-nusak Rote dan Belanda hampir tidak mungkin beta
ceritakan dalam tulisan singkat ini. Konon, sejarahnya sudah dimulai dari abad
ke-16 (bahkan mungkin lebih lama dari itu) dan melewati masa pendudukan Belanda
dengan penuh muslihat. Konon lagi, sistem Nusak masih dapat bertahan sejak
kedatangan Belanda sampai VOC bubar.
Ah tapi beta bukan hendak bercerita tentang sejarah raja dan
nusak disini. Beta hanya ingin menceritakan tentang penemuan tidak sengaja kami
dalam perjalanan menuju danau laut mati Landuleko. Berawal dari cerita Kevin,
anak pak Sanu yang menggantikan beliau di hari kedua tentang keberadaan rumah
raja Landu. Menurut Kevin, ada rumah raja dekat danau laut mati. Letaknya pun
searah dengan jalan menuju danau. Walhasil kami keracunan ceritanya dan
memutuskan untuk mampir sejenak.
|
Awalnya kami hanya ingin memotret rumah raja ini dari luar. Tidak disangka, di warung kecil di depan rumah raja ternyata ada keturunan raja yang mempersilahkan kami masuk. Keramahan khas Indonesia kembali kami temui disini. Mama (atau nona?) yang mempersilahkan kami masuk pun kami hujani dengan pertanyaan-pertanyaan spontan. Namun dengan sopan ia memperkenalkan kami kepada pamannya yang konon lebih paham mengenai silsilah keluarga raja Landu ini.
Setelah dipersilahkan masuk, keluarlah seorang bapak tua
dari dalam rumah. Beliau memperkenalkan diri sebagai bapak Erasmus Yohannes.
Lebih berbau Belanda daripada Portugis ya? Mengingatkan beta pada pahlawan
Belanda bernama Erasmus. Dari bapak Erasmus inilah kami mendengar sedikit
cerita tentang raja Landu.
Menurut bapak Erasmus, dulu daerah ini ialah satu kerajaan.
Dipimpin oleh raja Landu. Lalu terjadilah penyatuan daerah. Landu bukan lagi
menjadi kerajaan tapi hanya bagian dari pemerintahan kabupaten Kupang waktu
itu. Rote Ndao sendiri merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Kupang di
pulau Timor.
Perubahan pemerintahan pusat berpengaruh pada dinamika
pemerintahan daerah. Hal ini wajar dalam politik. Akibatnya bagi Landu, sistem
raja sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah camat atau bupati. Bapak Erasmus
sendiri merupakan cucu dari raja Landu terakhir (sedih euy nulisnya).
Demikianlah, bapak Erasmus bercerita dan meladeni
pertanyaan-pertanyaan kami dengan sabar. Meskipun untuk mendengarkan cerita
beliau dibutuhkan konsentrasi ekstra, namun kami banyak mendapat pengetahuan
baru mengenai masa lalu Landu dan Rote. Kurang lebih setengah jam kami
mendengarkan cerita bapak Erasmus. Semakin banyak beta bertanya, semakin banyak
pertanyaan baru muncul di kepala beta. Ini tidak akan ada habisnya jika
menuruti keingintahuan beta!
Mustahil memang mendengarkan sejarah berabad-abad hanya
dalam waktu kurang dari satu jam. Pasti banyak hal yang menjadi pertanyaan dan
jawabannya memicu pertanyaan baru. Dengan rasa keingintahuan yang masih menyiksa,
beta terpaksa meninggalkan tempat ini. Pamit kepada bapak Erasmus dan berterima
kasih atas ceritanya yang semakin membuat penasaran. Kami masih “harus”
mengejar dua tujuan lagi hari ini.
Tidak lupa, sesi foto wajib menjadi penutup kunjungan tidak
sengaja ini di rumah raja Landu (alm.). Kami memutuskan untuk berfoto diluar
rumah. Mencari lokasi yang menggambarkan keunikan rumah ini. Sekilas rumah ini
hampir tidak berbeda dengan rumah-rumah lain kecuali warna catnya yang sangat
mencolok. Orange terang dibagian luar dan hijau cerah dibagian dalam. Siapa
sangka, rumah sederhana ini ternyata rumah raja? Tampilan sederhana (tapi sedikit
nyentrik) rumah ini kontras dengan sejarah panjangnya yang tidak bisa dibilang
senderhana.
![]() |
Foto keluarga Indonesia Diversity dengan keturunan raja Landu. |
Kejutan yang membawa rasa penasaran berkelanjutan inilah
yang membuat beta berselancar di dunia maya. Mencari informasi tambahan
mengenai sejarah Rote. Dan hasilnya sangat minim. James Fox, tercatat sebagai
referensi utama tentang Rote. Beta juga menemukan nama Paul Hanning yang juga
menulis tentang legenda kerajaan Ndana yang tragis. Begitu banyak cerita,
begitu sedikit tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar