Senin, 01 Februari 2016

Lombok Road Trip 1 - Pantai Tebing, rapuh dan terasing.

One day in Lombok, saya memutuskan untuk menjalani road trip. Perjalanan dengan sepeda motor, bagi saya ialah perjalanan yang paling mengasyikkan setelah dengan kapal laut. Kita dapat melakukan kontak langsung dengan alam, Merasakan hembusan angin, sengatan matahari, dan tetesan air hujan secara langsung, bagi saya itu sangat menyenangkan. Meski kadang juga melelahkan, terutama bagi pantat dan punggung saya yang semakin rentan.

Tapi niat sudah dikandung badan. Saya ingin menelusuri jalan raya pulau Lombok. Pilihan yang saya ambil ialah jalan lingkar utara-tengah. Pilihan ini saya ambil karena hanya jalur utara saja lah yang belum pernah saya jalani. Saya sudah pernah ke daerah selatan (Kuta, Tanjung Aan), Barat (Senggigi), Tenggara (Jerowaru, pantai Pink, Surga, dkk). Terus terang, saya menelusuri jalur ini hanya sekedar penasaran, tanpa sebuah tempat yang ingin dituju. Perjalanan, konon adalah tujuan itu sendiri.

Bermodal motor sewaan dan perlengkapan berkendara yang saya siapkan dari Jakarta (jaket + buff + masker), saya memulai perjalanan dari Mataram pukul 09.48 WITA. Speedometer motor menunjukkan angka 23351.6 km. Kami mampir sebentar untuk sarapan (agak telat yah klo dibilang sarapan?) lalu memulai road trip dari dalam kota Mataram menuju kota tua Ampenan. Terus menuju utara ke jalan raya Senggigi.

Sebenarnya banyak titik pandang menarik disepanjang jalan raya Senggigi. Mulai dari gardu pandang Batu Layar, Karang Bolong, Malimbu 1 dan 2, sampai Teluk Nara.. semuanya menawarkan pemandangan teluk dan bukit yang sama-sama menakjubkan. Namun saya tidak berhenti berlama-lama disini, Selain sudah beberapa kali melewati tempat ini (sehingga perasaaan "kejutan pada pandangan pertama" sudah banyak berkurang), perjalanan kami masih panjang.


Pantai Senggigi dari atas bukit


Karang bolong berserta dua dari tiga gili dunia di kejauhan

Perjalanan Mataram hingga perempatan Pemenang memakan waktu kira-kira satu jam. Ini rute yang sudah sering saya lalui sehingga rasanya tidak asing. Perempatan Pemenang ialah perempatan dimana pelabuhan Bangsal berada. Selepas perempatan Pemenang, barulah perjalanan yang sebenarnya dimulai. Daerah ini hingga pelabuhan gili Kondo masih perawan bagi saya. Sehingga road trip menelusuri daerah perawan dimulai disini.

Mulai titik ini, bolehlah saya mengharapkan pemandangan-pemandangan tidak terduga yang tidak saya bayangkan. Expect the unexpected. Inilah yang membuat saya begitu menyukai road trip. Menikmati perjalanannya, bukan tujuannya. Tujuan tetap penting karena itulah yang menentukan arah langkah. Tanpa tujuan, perjalanan mungkin hanya berputar-putar. Langkah pertama mungkin tidak pernah terjadi jika arahnya tidak ditentukan.

Etape pertama dari jalan ini rasanya biasa saja. Hanya jalannya yang agak menyempit. Hampir pas-pasan untuk dua kendaraan berlawanan arah. Truk-truk sedang juga terlihat sering melewati jalur ini. Pemandangan sawah dan laut menjadi hal jamak. Tapi belum ada yang benar-benar istimewa.

Kota pertama yang kami lalui (seingat saya) ialah Tanjung. Dan seperti kota-kota kecil pada umumnya, yang disebut pusat kota ialah pasar dan deretan ruko-ruko sepanjang jalan. Akhir deretan ruko adalah akhir dari batas kota. Meski secara admisitratif batas kota masih jauh dari batas deretan ruko, namun suasana "kota" berakhir disini.

Lepas dari Tanjung, rumah dan ruko semakin jarang terlihat. Karena perut sudah terasa lapar, kami memutuskan untuk mencari warung makan dipinggir jalan sebelum melanjutkan perjalanan lebih jauh. Warung makan yang kami pilih ialah warung yang ramai dikunjungi orang. Meskipun warung ramai tidak selalu enak, paling tidak dari pengalaman saya warung jenis ini lebih aman daripada warung yang sepi, hehehe..

Selesai mengisi perut kami melanjutkan perjalanan. Bangunan-bangunan semakin jarang terlihat, Berganti dengan pohon-pohon rindang di kanan dan kiri jalan. Pemandangannnya silih berganti dengan sawah dan laut. Perjalanan kami kini menembus hutan. Beberapa kali naik turun dan berkelok-kelok jalurnya. Hingga kami menemukan papan kecil di pinggir jalan bertuliskan "pantai Tebing".

Penasaran dengan pantainya, kami memasuki jalan kecil yang tidak lagi beraspal. Jalannya campuran antara pasir, batu dan rerumputan. Jalan setapak untuk mobil. Beberapa bagian jalan yang terdiri dari pasir tampak bekas aliran air. Tampaknya jalan ini sering banjir ketika hujan datang. Setelah beberapa ratus meter menelusuri jalan ini, sampailah kami diujung jalan yang berakhir di laut.

Keindahan pantai Tebing tidak bisa langsung kami nikmati dari tempat kami memarkirkan motor. Perlu turun dulu beberapa langkah karena tempat kami memarkir motor letaknya agak tinggi dan sedikit berjarak dari bibir pantai. Begitu turun, barulah tampak kemegahan pantai yang rapuh ini.

Pantai Tebing - Kecantikan yang rapuh

Keberadaan pantai ini cukup tersembunyi dan termasuk jauh letaknya dari objek wisata lain di Lombok. Tebing yang berada disisi selatan pantai ini juga termasuk rapuh. Hal ini tidak lepas dari material penyusun tebing berupa kombinasi antara pasir dan tanah. Tebing ini juga cukup licin untuk dipanjat. Kami beruntung dapat menikmati pemandangan disini karena tebing ini dapat longsor setiap saat.

Seri Lombok Road Trip - bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar