Minggu, 09 Oktober 2016

Solo Trip Swarnadwipa 02: Menuju kota tujuan pertama

Bandar Lampung dalam perjalanan kali ini adalah persinggahan. Tempat beristirahat sejenak untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan untuk satu malam untuk melepas lelah dan menjemput pagi. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju Palembang. Menuju rumah kawanku, Oka dan Ditie. Tempatku bermalam untuk beberapa hari ke depan.

Sebenarnya niat untuk mengeksplorasi Bandar Lampung bukannya tidak ada. Meskipun beberapa kali melewati kota ini karena harus membawa peserta open trip, namun aku belum benar-benar pernah mengeksplorasi kotanya. Pasti asyik mencari tempat makan enak dan khas Lampung. Selain itu kunjungan ke museum pasti menarik untuk memahami sejarah kota sekaligus awal untuk mengeksplorasi provinsi ini lebih jauh. Namun karena kali ini aku menumpang, maka ritme pun harus disesuaikan. Daripada harus ngeteng lagi menuju Palembang, lebih baik terus bersama. Toh pada akhirnya aku juga akan menuju Palembang untuk mengeksporasi beberapa tujuan wisata disana.

Maka aku kemudian menyamakan ritme perjalanan. Tidur cepat dan tidak begadang karena besok pagi sudah harus melanjutkan perjalanan. Yah meskipun tidak pagi-pagi amat, tapi waktu untuk memulihkan diri amat berharga jika besok kita harus menempuh perjalanan jauh lagi. Terutama waktu untuk meluruskan punggung karena aku memiliki sakit punggung bawah (low backpain) yang sangat mengganggu jika harus duduk terlalu lama. Sekaligus mengistirahatkan pantat dan tulang ekor, fiuuhhh!

Malam berlalu dengan cepat dan pagi pun menjelang. Minggu pagi di Bandar Lampung tampak bersemangat. Dari jendela kamar, aku melihat warga memulai aktivitas. Kebetulan hotel tempat kami menginap berada di pusat kota dan terletak di lantai tiga, jadi mudah melihat kegiatan warga dari sini. Layaknya car free day satu per satu warga mulai tumpah ruah ke jalan. Bersama teman, bersama keluarga. Menyehatkan badan sekaligus rekreasi. Memulihkan mental dan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga. Tampak ceria dan sehat menyambut matahari pagi di hari minggu. Hari libur memang terasa menyenangkan.

Bergaya sebelum pulang

Tapi aku tidak bisa terlalu lama menikmati waktu di atas sini. Kami berencana melanjutkan perjalanan yang akan memakan waktu seharian. Dan kami tidak mau kemalaman sampai ke Palembang. Jadilah kami bergegas membersihkan diri sekaligus mengemas ulang barang-barang kami ke dalam mobil. Check-out lalu bergegas mencari sarapan. Kami berharap bisa berwisata kuliner pada waktu sarapan kali ini seperti yang kami lakukan saat makan malam kemarin. Mencari rekomendasi tempat makan enak dari internet lalu mencobanya. Kemarin kami mencoba mi ayam Koga yang cukup sering direkomendasikan di internet. Kami memilih itu karena kebetulan sedang melewati tempatnya ketika mendapatkan informasi itu. Seperti sudah ditakdirkan, akhirnya kami mencobanya. Hasilnya menyenangkan meski pelayanannya perlu ditingkatkan.

Mi Ayam Koga. Foto diambil dari sini 

Namun untuk waktu sarapan tidak semudah itu. Tempat makan yang banyak direkomendasikan belum ada yang buka. Sarapan kali ini sepertinya harus dilakukan dengan seketemunya alih-alih hasil rekomendasi. Walhasil kami menyantap lontong sayur dan nasi uduk sebagai menu sarapan. Rasanya lebih tidak enak dibandingkan bikinan orang Betawi (harganya tidak murah pula). Memang makanan paling enak itu makanan yang disajikan di tempat asalnya. Nasi uduk dan lontong sayur adalah milik Betawi. Sejauh lidahku merasa, tidak ada tempat lain yang menyajikan kedua kuliner ini sebaik yang aku temukan di Jakarta. Meniru tidak akan sebaik hasil aslinya.

Lotong sayurnya nggak cocok sama lidah saya! Sumber foto

Selesai sarapan, kami masih ingin mencari buah tangan. Oka ingin membeli beberapa oleh-oleh untuk teman kantornya. Merupakan hukum tak tertulis untuk membawakan buah tangan ke kantor setelah cuti beberapa saat. Jadilah kami bertanya kanan-kiri. Menggunakan penduduk sekitar untuk mencari tahu tempat membeli oleh-oleh khas Lampung: keripik pisang cokelat!

Keripik pisang cokelat. Cemilan yang bikin nagih! Sumber foto 

Sebenarnya ada satu nama merek produsen keripik pisang terkenal di Lampung. Namun karena letaknya tidak searah, kami memutuskan untuk membelinya di gang PU, tempat dimana banyak toko keripik pisang aneka rasa berseliweran di sepanjang jalan. Rasanya sama kok. Aku jadi curiga, jangan-jangan yang membedakan hanya mereknya saja tapi isinya sama. Dengan diberi merek tertentu, harga produk yang sama dapat naik beberapa persen. Kekuatan merek. Reputasi memiliki harganya sendiri.

Aneka rasa keripik pisang. Produk yang terlihat sama namun dikemas dalam berbagai merek berbeda. Sumber foto

Setelah memborong beberapa kantong keripik pisang cokelat dan keju (kami tidak tertarik dengan varian lain semisal rasa moca, melon, dll), kami melanjutkan perjalanan menuju Palembang. Perjalanan di atas aspal panas dan teriknya matahari. Jalannya agak monoton dan menurutku mirip dengan jalur pantai utara alias pantura. Namun perbaikan jalan lebih sedikit disini.

Farewell Bandar Lampung!

Pringsewu - Tulang bawang - Mesuji - Kayu agung - Indralaya, lalu sampailah kami pada tujuan: Palembang! Sedikit lebih lama dari perkiraan tapi kami bersyukur bisa sampai dengan sehat dan selamat. Lelah dan lapar, kami memutuskan untuk mampir sebentar ke warung pempek langganan Ditie. Sekedar mengganjal perut dan melepaskan kerinduan pada kuliner khas Palembang ini. Sambutan selamat datang yang paling cocok buatku. Bukan tarian atau untaian bunga tapi makanan!

Tabik!
Melepas rindu pada kuliner lokal

3 komentar:

  1. aku pernah keliling bandarlampung tapi lupa mencobai makanan2nya, terutama lupa baksonya.
    yg asyik ke lampung itu karena menyeberang naik kapal sih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bakso Soni yg terkenal tp rasanya 11-12 di lidah sy kayak Titoti mbak.. Kalo mi ayam ckp banyak rekomendasi, tp klo keripik pisang cokelat merk apapun sama aja rasanya..

      Nggak sempet nyobain seafood, katanya banyak di Teluk Betung.. yah cuma semalem aja sih disini..

      Hapus