Akhirnya tiba juga hari keberangkatan! Setelah diumumkan
sebagai pemenang trip ke Rote yang diselenggarakan oleh Indonesia Diversity,
saya sungguh tidak sabar menunggu datangnya hari ini. Meskipun bukan perjalanan
pertama saya ke pulau terselatan Nusantara, namun kenangan keindahan Rote
selalu membekas di hati. Pantai, padang rumput, lontar, langit yang cerah.
Masihkah keindahan itu tetap sama setelah tujuh bulan beta pergi? We’ll see,
we’ll see.
Mejeng bareng tim Indonesia Diversity yang melepas kami di bandara Soetta. Semoga lain kali bisa trip bareng :) |
Keberangkatan dimulai dari pertemuan di bandara
Soekarno-Hatta Tangerang. Disini, peserta trip berkumpul bersama perwakilan
dari tim Indonesia Diversity yaitu mas Tiar, mas Ludi & mbak Sorta. Sayang
sekali mas Dwi & mbak Senja berhalangan hadir. Tapi itu tidak mengurangi
keceriaan dan antusiasme kami untuk berdiskusi tentang pariwisata Indonesia
sambil menunggu check-in penerbangan
menuju Kupang. Kami menumpang pesawat Batik Air pukul 02.30 WIB. Jadwal
kedatangan di Kupang ialah 06.30 WITA.
Sampai di El Tari, kami kemudian menumpang taksi bandara
menuju pelabuhan Tenau. Tarifnya sudah flat, Rp. 130.000,- (Maret 2016) dari
bandara ke Tenau. Tarif resmi tentunya, meskipun taksi disini ialah mobil
Avanza tapi boleh dibilang bandara ini relatif bersih dari taksi tembak. Harga
taksi dari bandara menuju kota Kupang juga flat dengan harga yang lebih murah
daripada ke Tenau. Taksi-taksi disini tidak menggunakan argo tapi tiket,
seperti bis damri.
Perjalanan dari El Tari ke Tenau memakan waktu 30 menit.
Lalu lintas kota Kupang relatif sepi pagi ini. Angkutan umum terlihat ramai
begitu memasuki kampung Solor. Angkutan umum yang khas Kupang: penuh warna dan full musik! Konon, jika tidak begitu,
tidak ada yang mau naik angkotnya, hahaha..
Keramaian kota Kupang yang relatif sepi. |
Pelabuhan Tenau terletak di luar kota Kupang. Setelah
melintasi Kupang yang sepi di pagi hari, kami memasuki jalan raya pelabuhan
yang sangat indah. Laut disebelah kanan dan bukit disebelah kiri. Hijaunya
rerumputan menghampar luas sebelum lautan biru. Sayang kami sedang tergesa
mengejar kapal cepat dari Tenau. Jika tidak tergesa, mungkin kami akan
menghabiskan waktu cukup lama disini untuk berburu foto. Ah, mungkin lain kali
ada kesempatan..
Sesampainya di Tenau, kami langsung ke loket kapal cepat.
Tiket untuk kursi regular Rp. 140,000,- dan VIP Rp. 160,000,-. Setelah membeli
tiket, kami bergegas menuju kapal karena mengira sudah terlambat. Namun ketika
hendak menelusuri dermaga menuju kapal, kami dilarang untuk naik oleh penjaga
pelabuhan. Belum boleh naik, katanya. Jadilah kami menunggu dan ternyata calon
penumpang lain juga sedang menunggu di ruang tunggu depan dermaga. Oalaaah,
ternyata memang masih harus menunggu!
Tiket kapal cepat Express Bahari. |
Waktu “boarding” kapal kami habiskan dengan memotret
keliling dermaga. Siapa sangka jika dermaga tempat kapal-kapal besar bersandar
lautnya bisa sebersih ini? Permukaan laut terlihat hijau dengan beberapa ikan
lalu-lalang di dalamnya. Rumput laut dan beberapa bongkah terumbu karang juga
terlihat hidup di bawah dermaga. Jauh sekali jika dibandingkan Angke atau
Kaliadem di Jakarta.
Selain indah, udara pelabuhan juga terasa menyegarkan.
Berlama-lama menunggu membuat kami mulai ngantuk. Apalagi kami kurang tidur
karena keberangkatan tengah malam dan harus berganti moda transportasi. Tidur
sejenak mungkin akan terasa enak sambil menunggu aba-aba keberangkatan. Inilah
enaknya pergi dengan teman: lebih tenang ketika harus mencuri waktu istirahat
atau meninggalkan tas untuk sejenak ke wc, hehehe..
Ruang tunggu calon penumpang beserta isinya |
Akhirnya setelah menunggu sekitar satu jam, calon penumpang
mulai beranjak menuju kapal. Seperti latah, kami mengikuti rombongan calon
penumpang mengerubungi pintu masuk kapal. Sembari menunggu antrian, tidak lupa
kami berfoto ria di depan kapal ini. Foto yang berarti ceria, narsis, dan
eksis! Hahahaha!
Inilah kapal cepat Express Bahari |
Ruang VIP kapal cepat Express Bahari yang kami tumpangi
sangat nyaman. Kursi besar dan ruang kaki yang lega membuat kami dapat
beristirahat dengan lebih baik dibandingkan dengan di pesawat ataupun taksi
bandara. Tidak lama setelah meletakkan barang-barang dan mengambil posisi pewe. Kami segera terlelap, capek
broooo..
Suasana di dalam ruang VIP kapal cepat. |
Tidur yang singkat dan nyaman. Namun saya terbangun tidak
lama sebelum kapal bersandar. Kebetulan kami terbangun ketika kapal melintasi
batu Termanu. Jadilah kamera kami bekerja lagi. Memotret kedua batu Termanu
dari arah laut. Meskipun goyangan kapal dan kaca jendela membuat hasil foto
tidak maksimal, namun pemandangan ini terlalu sayang untuk dilewatkan..
Sekitar 10-15 menit setelah melewati batu Termanu, sampailah
kami di pelabuhan Ba’a. Langit berawan dengan matahari yang cukup terik
menyambut kami di pelabuhan ibukota kabupaten Rote. Seperti tidak percaya kami
menginjakkan kaki di pulau paling selatan Indoensia. Apalagi disamping kapal
kami ada kapal milik Angkatan Laut Republik Indonesia bersandar. Gagah dan
membangkitkan nasionalisme. Seakan hendak menjaga batas selatan republik ini
dari ancaman luar. Dan petualangan kami di Rote akan segera dimulai!
Seperti apa hari pertama tim Indonesia Diversity di Rote? Benarkah Rote masih perawan dan memiliki pantai yang indah? Apa yang sedang dilakukan kapal TNI AL di Rote? Tunggu kisah selanjutnya dari tim Indonesia Diversity, Trip ke Rote :)
Hello Rote, here we come! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar