Rabu, 30 Maret 2016

Indonesia Diversity goes to Rote 04: Sebuah pagi di Batu Termanu

Malam berlalu dengan cepat. Tubuh yang lelah menjadikannya cepat berlalu. Pagi datang sebelum beta terbangun. Terlewat sudah momen menyapa matahari dari atas batu Termanu. Sedari malam, beta memang sudah tidak yakin dapat mengejar matahari terbit karena kondisi tubuh yang sudah terlalu lelah. Ditambah waktu tidur yang kurang sejak berangkat kemarin malam dari Jakarta, sukseslah beta kesiangan bangun di pagi pertama ini (*Hehehe, alasan).

Nah daripada menyesali waktu yang tak akan kembali, lebih baik beta mensyukuri nikmat yang masih ada. Hotel tempat beta menginap konsepnya semi-resort. Tidak ada rumah penduduk disekitar hotel. Yang ada malah padang gembala sapi dan kubangan kerbau. Kedua hewan ternak ini sudah mulai keluar untuk merumput dan berkubang. Pagi hari memang waktu yang menyenangkan untuk berkeliling area hotel. Matahari belum terlalu terik dan keindahan sinar matahari pagi juga belum berlalu. Meski tidak sekeren sinar matahari terbit, namun cahaya matahari pagi ini cukup bersahabat dengan lensa dan sensor kamera. Alhamduilllah.


Pagi yang indah dan cerah di batu Termanu

Dan begitulah, kegiatan memotret di Rote ini seakan tidak pernah selesai. Kegiatan hunting foto di sini seharusnya bisa berlangsung selama 24 jam. Beta yakin, fotografer lanskap akan mencintai Rote. Pehobi foto juga akan membutuhkan ruang data yang sangat besar karena keindahan Rote terlalu sayang dilewatkan begitu saja. Foto-foto-foto. Foto terus! Foto sampai baterai dan ruang data habis.

Sayangnya beta tidak bisa melakukan itu meskipun ingin. Ruang data harus dihemat karena ini baru memasuki hari kedua. Begitu pula dengan baterai. Harus hemat karena hari masih pagi dan mustahil mengisi ulang baterai selama perjalanan karena tidak ada sumber listrik di tempat-tempat tujuan terpencil di Rote ini.

Jadilah beta harus menghitung dan berhemat. Disini, beta belajar untuk mencermati komposisi dan sudut pengambilan gambar dengan lebih cermat. Satu-dua foto yang mewakili sudah cukup karena masih banyak lanskap lain yang menunggu untuk diabadikan.

Berkeliling hotel dengan mengambil foto secukupnya merupakan anugrah juga karena beta bisa menikmati suasana pagi dengan lebih santai. Kadang penting untuk meletakkan kamera dan menikmati ciptaan Tuhan hanya dengan kelima indra saja. Foto memang penting, tapi kali ini beta belajar untuk lebih bijak menyeimbangkan antara memotret dan duduk diam.

Sapi-sapi yang merumput disekitar hotel.

Kubangan kerbau, juga disekitar hotel.

Fresh shit. Sang ranjau darat Rote.

Padang rumput yang tidak terlalu luas, batu Termanu yang menjadi landmark lokasi ini merupakan daya tarik utama bagi beta di pagi ini. Dan kita, secara alamiah akan memotret sesuatu yang kita anggap menarik. Jadilah mereka menjadi subjek utama foto beta pagi ini.

Memotret dan duduk diam menikmati ciptaan Tuhan seperti ini membuat waktu terasa cepat berlalu. Pagi ini berlangsung dengan cepat karena penuh hal-hal menarik dan baru. Hal kecil dan sederhana sih,tapi tetap saja rasanya menyenangkan. Sampai tiba waktu beta untuk bersiap membersihkan diri lalu melanjutkan petualangan di hari kedua. Petualangan yang akan beta tuliskan pada artikel selanjutnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar