Minggu, 10 April 2016

Indonesia Diversity goes to Rote 11: Menikmati anugerah Illahi di Nemberalla.

Akhirnya Nemberalla. Pantai yang menjadi icon pariwisata Rote menjadi penutup kunjungan kami di hari ini. Malam ini kami akan menginap di Anugrah Resort. Satu dari sedikit resort di Nemberalla yang dimiliki oleh warga negara Indonesia. Benar, kebanyakan resort di kawasan ini dimiliki oleh orang asing. Nemberalla bisa dikatakan sebagai Kuta-nya Rote. Primadona pariwisata Rote yang sebenarnya sudah go internasional di kalangan peselancar.

Selancar lah alasan Nemberalla banyak disinggahi orang asing. Konon, paling banyak dari Australia. Tidak heran sebab Rote memang berbatasan dengan Down Under. Dari cerita penduduk sekitar, bule-bule dari Jerman, Belgia, Italia, juga “memiliki” resort disini. Entah yang mana karena kami tidak terlalu lama menjelajahi pantai. Matahari yang sudah sangat condong di barat penyebabnya. Kami memilih untuk mengejar  momen matahari terbenam daripada menggali informasi tentang resort-resort Nemberalla. Meskipun begitu, beta sempat mengabadikan "resort"-nya petani rumput laut di belakang resort beneran.

Gubuk petani rumput laut di belakang resort.

Bicara tentang momen tenggelamnya sang surya di ufuk barat, Rote merupakan salah satu jawara Indonesia. Perjalanan kami kali ini membuktikan bahwa langit Rote begitu indah dimanapun kami berada. Rote Timur, Rote Tengah, Rote Barat Daya, Rote Selatan, semuanya indah. Mungkin ini agak aneh karena pergerakan awan dan warna langit seperti ini dapat terjadi “dimana saja” tapi di Rote, paling tidak selama kunjungan singkat kami, langitnya selalu indah.


Pergantian siang dan malam di Nemberalla

Keindahan ini mencapai puncaknya ketika cahaya matahari mulai miring di ufuk barat. Golden hour, begitu kaum fotografi menamakannya. Momen ketika cahaya matahari datang dengan lembut. Menimbulkan refleksi, silhouette, dan pendaran cahaya pada awan-awan di langit. Waktu sempurna untuk berburu foto lanskap. Momen romantis yang penuh rasa syukur.

Langit yang "selalu indah" di Rote. What a wonderful life.

Rasa syukur. Itulah yang selalu beta rasakan setiap menyaksikan matahari terbenam. Terima kasih Tuhan,beta telah diberikan kesempatan menyaksikan keindahan ini. Melewatkan satu hari lagi yang penuh dengan nikmat. Masih diberikan waktu, kesehatan, dan kesempurnaan indra. And I think to myself, what a wonderful life.

Selama perjalanan ke Rote, beta kira inilah sunset paling nyaman karena kami menikmatinya dengan kondisi tubuh yang sudah bersih. Karena lokasi pantainya memang di belakang resort, maka kami menyempatkan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menikmati sunset. Jadi rasanya lebih segar dan mood motret pun jadi lebih bagus.

Sayangnya beta terlambat keluar kamar sehingga gagal mencapai ujung Nemberalla yang konon ada lokasi untuk snorkeling. Lokasi yang dulu juga beta gagal singgahi karena sudah terlalu sore ketika mencapai Nemberalla. Dan kini, beta gagal membayar hutang penasaran ini. Pertanda beta harus kembali lagi suatu hari nanti? In shaa Allah. Ijinkan hamba kembali, yaa Illahi.


Meskipun tidak berhasil membayar utang penasaran, sunset ini tetaplah istimewa. Jajaran kapal nelayan menjadi latar depan sementara fokus utamanya pada sinar matahari di balik awan. Ray of light behind the clouds. Sumber sinarnya tidak terlihat tapi pancaran sinarnya membiaskan keindahan yang setiap orang pasti ingin melihatnya. Golden hour, magic moment. Terdengar klise, namun begitulah keindahan yang tersaji di depan mata. Menyaksikan matahari terbenam ialah waktu yang paling tepat untuk mensyukuri nikmat kehidupan. Terima kasih bunda, telah melahirkan beta. Terima kasih Tuhan, telah memberikan beta kehidupan. Dan terima kasih pembaca, telah membaca tulisan ini. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar